Selasa, 27 September 2011

Isharat wa-Tanbihat(Remarks and Admonitions) - Ibnu Sina


Ibnu Sina,dalam kitab Isyarat wa Tanbihat, mendeskripsikan kelezatan manusia dalam satu pembagian universal, yaitu syahwat, amarah, imajinasi, dan rasio (akal).

  1. Kadangkala sebagian dari individu-individu ini yang hingga batasan tertentu memiliki kemampuan analisa yang benar dan berkata kepada mereka, bukanlah kalian menganggap bahwa kelezatan-kelezatan inderawi yang paling baik adalah kelezatan-kelezatan seksual, makanan, dan sepertinya? Lalu kenapa kadangkala kita melihat pada sebagian individu yang untuk sampai pada satu kelezatan khayal dia bisa mengesampingkan kelezatan-kelezatan inderawi semacam ini? Misalnya seseorang yang tengah asyik bermain catur, kadangkala keasyikannya telah membuatnya tak sadar bahwa dia telah mengesampingkan makanan dan minuman-minuman lezat yang telah dihidangkan untuknya, dan dia tetap asyik bermain dengan khayalannya sendiri hingga berjam-jam lamanya;
  2. Demikian juga, bisa jadi media untuk memperoleh sebagian dari kelezatan-kelezatan inderawi seperti makanan dan menikah tersedia di hadapan orang yang menginginkan “kesucian” dan kekuasaan, akan tetapi demi menjaga kebesaran dan keuntungannya, dia akan menjauhi kelezatan-kelezatan inderawi tersebut. Baginya menjaga kedudukan dan keuntungan terasa lebih lezat dan lebih sesuai dari pada meraih kelezatan-kelezatan inderawi;
  3. Kadangkala bagi seseorang yang berjiwa pemurah, ketika tiba masa untuk memberi, dia akan lebih memilih kelezatan memberi atas kelezatan sifat hewani, dan dia mendahulukan pihak lain dari dirinya sendiri dalam merasakan kenikmatan. Oleh karena itulah dia bergegas untuk memberi. Jadi, jelas bahwa kelezatan memberi baginya terasa lebih tinggi dari kelezatan-kelezatan inderawi dan keinginan-keinginan hewani;
  4. Demikian juga manusia yang berjiwa besar dan mulia, di akan memilih lapar dan haus untuk menjaga harga dirinya, dan pada medan perang, ketika terdengar ajakan untuk menyerang dia akan menganggap ketakutan terhadap kematian dan kebinasaan mendadak merupakan sebuah persoalan yang sangat sepele;
  5. Bisa jadi pula, untuk sebagian pasukan perang, karena penghargaan dan pujian telah memberikan kelezatan dan kenikmatan yang tak terkira, hal ini telah menyebabkan mereka menyambut hal-hal yang berbahaya tanpa pikir panjang dan mereka akan segera menyerang ke arah musuh. Mereka mendahulukan kelezatan kebanggaan setelah mati dari pada kehidupan yang rendah.(teosophy.wordpress.com)
Download from muslimphilosophy.com :
Volume I-Logic
Volume II-Physics
Volume III-Metaphysics
Volume IV-Sufism

2 komentar: